28 Mei 2009

Pemimpin yang Sempurna

by: Eileen Rachman & Sylvina Savitri

Isu mengenai kepemimpinan selalu menarik.
Baru-baru ini saya bertemu dengan seorang pimpinan perusahaan yang oleh teman-temannya disebut sebagai ”orang besar”.
Beliau sangat berhasil, banyak teman, aktif dan ’terpandang’ di kalangan organisasi profesinya
dan sangat pandai menggolkan proyek jutaan US dolar.

Ketika beliau berkesempatan untuk meninjau kembali gaya kepemimpinannya
dan membandingkan kekuatan dan kelemahan dengan koleganya,
sesama pimpinan perusahaan tersebut, ada yang berkomentar,
”Bapak tuh rabun dekat, sementara teman Bapak rabun jauh”.
Maksudnya, beliau sangat visioner, berpikiran jangka panjang,
sementara koleganya lebih memperhatikan detil yang ada di depan mata.
Lah, kalau para pemimpin di perusahaan itu ’rabun’ semua, kok perusahaan bisa sehebat itu?

Harapan terhadap seorang pemimpin ideal memang banyak sekali.
Saking banyaknya sehingga bahkan bisa berbentuk mitos,
karena hampir tak pernah kita lihat terealisasi.

Ada pemimpin yang pada tahap awal kepemimpinannya memunculkan konsep-konsep baru dan cemerlang,
tetapi selanjutnya tidak mampu mengontrol situasi.

Ada pemimpin yang kita tahu sebagai “slow starter”,
sehingga setelah lama menjabat terasa tetap tidak melakukan “perbedaan” atau perbaikan keadaan.
Tampaknya memang jarang terealisasi ada pemimpin yang mendekati kriteria ”sempurna”;
”No one person could possibly stay on top of everything”.

Pemimpin juga Manusia
Kita tampaknya memang sudah perlu berganti ”mindset” dan realistis melihat bahwa kepemimpinan memang sulit.
Adanya pemimpin akan memudahkan situasi, karena si pemimpin sekedar sedikit lebih pintar,
bijak, dan ber-”power” untuk menemukan dan menggerakkan ”expertise” anak buah,
menggambar dan menjual visi yang realistis, menggalang tim untuk menghasilkan ide dan solusi baru,serta menggerakkan teman – temannya agar menjalankan upaya menuju sasaran bersama
dengan penuh komitmen.

Mau tidak mau, seorang pemimpin tidak bisa ”menggarap” semua hal dengan kongkrit.
Di lain pihak, paling tidak ia bisa memberdayakan kekuatan,
memanfaatkan dan mengembangkan sumberdaya yang ada di areanya.

Pemimpin adalah manusia biasa yang tidak sempurna, tetapi dengan ”terpilihnya” ia sebagai pemimpin,ia perlu menjadi manusia yang paling tidak bisa mendobel kekuatan timnya berdasarkan semua kekuatandan sumberdaya yang ada.

Dalam keterbatasannya ia tetap perlu menjadi “the flawless person at the top who’s got it all figured out”.


Free Blogger Templates by Isnaini Dot Com and 2009 Bridal Dresses.