11 Juni 2009

14 TIPS MENINGKATKAN NILAI IPK (INDEKS PRESTASI KUMULATIF)

posted: by Arty

Kedengarannya sepele kan? Tapi percaya atau gak, nilai IPK adalah relatif choy. Soal tinggi rendahnya jangan serta merta dikaitkan oleh faktor lain. Semua dari kita sendiri juga kan? Mau tau cara tingaktkan nilai IPK ala Muhammad Akmal dan pengalaman pribadi teman-teman? Check thiz Out!!:

1. Rajin masuk kuliah
Yah memang ini kelihatan sepele,cuma percaya deh kalo lo masuk kuliah yang rajin lo gak bakal nyesel. Waktu semester 2 gw terkenal sebagai anak yang jarang banget masuk, yah walaupun gw tetap belajar juga di kos, otodidak lah istilahnya. Tapi belajar di rumah sendiri gak cukup, kita butuh suasana akademis yang kondusif yang memacu otak kita untuk terus bekerja dengan baik (Nyambung gak ya? tapi intinya begitulah).

2. Bina hubungan baik dengan dosen
Membina hubungan baik disini bukan berarti menjadi penjilat, karena dosen kita tuh bukan es krim yang bisa dijilat, haha jayuzzz banget. Maksudnya jaga image kamu di depan dosen, kalo ketemu dosen jangan cuek bebek aja, yah minimal bilang permisi lah, kalo perlu cium tangannya sekalian (tapi cium tanda hormat loh ya). Terutama ketika pertama kali kuliah dan ketemu dosen yang baru. Pokoknya ciptakan kesan pertama yang begitu berarti buat beliau.

3. Sebisa mungkin cintai matakuliah yang kamu ambil
Walaupun kamu gak ada niatan sama sekali. Memang itu sulit, tapi mungkin untuk dilakukan kan? Kalo mengalami kesulitan, jangan segan-segan minta bantuan teman yang otaknya lebih tokcer.

4. Catat poin-poin penting atau kesimpulan tiap pertemuan kuliah.

Banyak pengalaman yang memperlihatkan bahwa, soal mid atau final test di ambil dari intisari bahasan tiap pertemuan.

5. Fokus mendekati final
Ini penting. Jangan menyibukkan diri pada kegiatan yang dapat mengganggu pikiran saat mendekati final test. Oleh sebab itu, segala pekerjaan yang tertunda sebaiknya diselesaikan secepatnya. Kecuali kalo Anda mau tubuh Anda di ruang ujian, tapi pikiran jauh melayang.hehe…

6. Baca buku-buku pengembangan diri dan pembuka wawasan
semisal 7 habbit dan The 8th Habit-nya Steven R. Covey, Change-nya Renald Kasali, Blue Ocean Strategy-nya W Chan Kim , The world is Flat-nya Thomas L.Friedman .

7. Nonton film yang bikin semangat belajar
Seperti October Sky, Good will hunting, Legally Blonde, Love story in Harvard (kalo yang ini hjangan terlalu dilihat kisah cintanya, tapi dilihat gimana cara belajarnya), 21, dll. Pas UTS kemarin gw nonton film “Love story in Harvard”, cerita ini bener2 bikin semangat gw tumbuh pesat, Universitas top dunia semisal Harvard, Yale, Oxford, Cambridge, Stanfird, Berkeley, gw jadiin wallpapaer di kompi gue. Tujuannya ya satu, bikin gue terpacu terus untuk terus belajar.

8. Cintailah membaca buku

Dengan membaca banyak buku membuka wawasan kita.

9. Pikirkan masa depanmu kalau seandainya kamu bermalas-malasan dihari ini

Di era globalisasi kita tidak hanya bersaing dengan bangsa sendiri, tapi juga bangasa2 di seluruh penjuru dunia.

10. Yang masih punya orang tua

Mintalah doa dan restu dari mereka. Ridho Allah itu ridho orang tua juga loh.

11. Bayangkan perjuangan orang tua yang telah bekerja keras untuk pendidikan kita

Dan bayangkan pula gak banyak orang yang beruntung seperti kamu yang bisa mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi. Jadi jangan sia-sia kan kesempatan yang ada.

12. Jauhi NARKOBA

Gak ada kata toleransi untuk yang satu ini, SAY NO TO NARKOBA.

13. Hindari perbuatan dosa / Minta maaf kalau ada salah dengan orang lain.

Tak dapat dipungkiri, perbuatan dosa atau perasaan bersalah akan mengganggu pikiran kita dan dapat menutup mata hati kita.

14. Ketika mau ujian jangan pernah terbersit untuk menyontek

Karena itu akan membuat kita ketergantungan sama orang lain. Dan juga mencontek pas ujian itu candu, sekali mencontek pasti bawaannya pengen nyontek terus. Pede dong ama kemampuan diri sendiri. Gue pernah pas kemarin2 nyontek,dan hasilnya justru membuat ketergantungan ama orang lain. Kapokkk deh nyontek. Dan satu lagi kalo kamu mau nyontek dan orang yang kamu contekin gak mau kasih jawaban, jangan marah doong, itukan untuk kebaikan kita juga. Kalau dari kecil aja udah mulai membuat kecurangan, bisa2 masa depan Indonesia penuh dengan koruptorrrr.

15. Setelah berusaha dan berikhtiar

Jangan lupa berdoa pada Tuhan Yang Maha Esa.

Tapi ingat IPK bukanlah segala-galanya (yah walaupun segala-galanya bisa dimulai dari IPK juga sih :-) ). Sukses ya buat pembaca semua, wish u all the best.

Gadis Usia 8 Tahun Dinobatkan Sebagai Professional IT Termuda

Ketika anak-anak sekolah dasar masih berkutat dengan komik mereka, lain halnya dengan Marko Calasan yang telah mengirimkan copy dari tulisannya yang berjudul “Implementing and Administering Security in a Microsoft Windows Server Network Dengan usianya yang baru menginjak 8 tahun, Marko telah menjadi orang termuda dalam penerimaan sertifikat system administrator computer dan mendapat julukan sebagai “Mozart of Computers”, setelah Marko lulus ujian untuk professional IT, yang diselenggarakan oleh perusahaan computer raksasa, Microsoft.

Secara teori, Marko bisa mendapatkan pekerjaan untuk memaintain jaringan computer kantor yang kompleks, walaupun ia belum mencapai kelas 3 SD di kota kelahirannya, Skopje, Macedonia, negara bekas Republik Yugoslavia. “Pihak Microsoft memberikan saya computer untuk game dan DVD kartun setelah saya lulus ujian. Hadiah itu karena saya terhitung masih anak-anak. Hal itu sangat menyenangkan, tapi saya tidak terlalu tertarik dengan semua itu. Saya akan menjadi ilmuwan computer bila saya besar nanti dan membuat system operasi yang baru.” ungkap Marko, kepada harian The Times.

Marko mulai membaca dan menulis ketika usianya baru 2 tahun dan mulai bekerja dengan computer segera setelah itu. Berita luar biasa ini sekaligus menjadikan amrko sebagai selebriti local dan id mendapat perhatian ekstra dari Perdana Menteri Macedonia, Nikola Gruevski, yang kemudian memberi Marko 15 komputer untuk praktek di sebuah laboratorium IT. Kdua orang tua Marko yang juga ahli IT (Information Technology), juga sebagai guru computer untuk sekolah anak-anak, rencananya akan mengirimkan Marko ke institute khusus untuk anak berbakat.

“Marko mampu menampilkan kemampuan belajarnya di usia sangat dini. Ia mampu mereplikasi sebuah computer setelah hanya membaca tutorialnya di Internet. Sekarang kami yang sering meminta bantuannya ketika ada permasalahan yang berkaitan dengan IT.” kata ibu Marko, Radica Calasan (38), ketika bersama Milan (37), suaminya. Bahkan menurut Milan, anaknya itu memiliki mata pelajaran favorit yakni matematika, dan Marko sering menghabiskan waktu luangnya untuk browsing forum Internet untuk professional IT dan berpartisipasi dalam debat di forum tersebut mengenai masalah computer yang kompleks. Dengan terpilihnya Marko Calasan, maka otomatis akan menggantikan rekor professional IT termuda yang pernah diraih gadis India, Lavinashree(9), beberapa bulan lalu

01 Juni 2009

Perubahan Diri dan Perubahan Hidup

Hal kecil apa yang seringkali menjadi awal mula sebuah perubahan hidup? Jawabannya adalah impian. Tidak berlebihan jika ada yang bilang impian adalah langkah pertama menuju sukses. Logikanya sangat sederhana. Bagaimana mungkin kita bisa mewujudkan impian kita jika kita sendiri tidak punya impian.

Impian itu juga yang kini dimiliki Robi. Ia sudah bosan menjadi kontraktor terus alias hanya ngontrak rumah setiap tahunnya. Ia ingin agar bisa memiliki sebuah rumah sendiri tanpa harus direpotkan untuk pindahan setiap tahunnya. Impian itu kemudian disampaikan Robi kepada istri dan anaknya yang masih berusia 6 tahun. Dan mereka mendukung impian Robi.

Sayangnya, sudah 2 tahun berlalu namun Robi belum juga berhasil memiliki rumah impiannya tersebut. Ia bahkan tidak sanggup untuk mengajukan kredit rumah ke bank. Ada apa gerangan? Rupanya Robi masih hidup dengan pola yang sama. Ia bekerja dengan irama kerja yang sama tanpa ada sedikit pun perubahan pada dirinya. Ia masih saja malas-malasan dalam mengejar target yang ditepatkan perusahaan. Di kantornya ia bahkan selalu dicap orang yang tepat waktu alias masuk tepat waktu dan pulang pun tepat waktu. Seorang rekan kerja bahkan menjulukinya sebagai si teng go (alias begitu teng langsung go). Itulah sebabnya hidupnya pun tidak berubah.

Kisah yang dialami Robi juga sering kali kita lihat dalam kehidupan kita. Bahkan tidak tertutup kemungkinan kita sendiri punya perilaku seperti Robi. Dalam hidup ini berlaku hukum sebab akibat persis seperti apa yang ada dalam firman Tuhan bahwa apa yang kita tabur itu juga yang akan kita tuai. Jika kita bertindak A maka kita akan mendapatkan hasil A. Jika kita bertindak B maka kita akan mendapatkan hasil B.

Sebagian orang kemudian ingin mendapatkan hasil yang lebih baik, katakanlah C namun sayangnya mereka masih saja melakukan tindakan A atau B. Itu sangat mustahil! Jika seseorang menginginkan hasil C maka ia harus merubah tindakan dari A dan B ke C.

Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah kenapa banyak orang enggan berubah? Saya mencatat setidaknya ada beberapa faktor penyebabnya. Pertama, karena perubahan tidak selalu mengenakkan. Anda akan mengetahui langsung hal ini dengan sebuah latihan kecil. Cobalah untuk menuliskan nama Anda dengan menggunakan tangan yang tidak biasanya Anda gunanya. Misalnya jika Anda biasa menggunakan tangan kanan, sekarang gunakan tangan kiri. Tentu sangat tidak nyaman. Kedua, perubahan adalah sebuah proses yang penuh pengorbanan. Untuk itu diperlukan waktu, ketekunan dan kesabaran. Bukan sesuatu yang instant! Terkadang baru bertahun-tahun kemudian kita bisa mendapatkan hasil yang kita inginkan. Ketiga, perubahan bisa menjadi sumber konflik baru. Ini lazim terjadi dalam sebuah organisasi yang mengadakan perubahan besar-besaran (misalnya restrukrurisasi) yang pada akhirnya berdampak pada berbagai segi kehidupan organisasi. Misalnya PHK (pemutusan hubungan kerja) atau ketidakpuasan akibat mutasi kerja.

Meski banyak manusia yang membenci perubahan namun mau tidak mau haruslah diakui bahwa perubahan adalah sumber kemajuan. Lantas, timbul pertanyaan, perubahan seperti apa yang bisa memberikan kontribusi signifikan terhadap kemajuan? Jawabannya jelas, perubahan yang dimulai dari diri sendiri. Sayangnya, banyak orang yang selalu bersuara agar orang lain berubah namun mereka sendiri enggan untuk berubah.

Motivator sekaligus pakar kepemimpinan, Dr. John C. Maxwell dalam bukunya Thinking for A Change menyatakan ada 6 langkah yang bisa mengubah hidup manusia. Pertama, kita harus mengubah cara berpikir kita. Mengubah cara berpikir akan mengubah keyakinan kita. Kedua, jika keyakinan kita berubah, harapan kita akan berubah. Ketiga, jika harapan kita berubah sikap kita berubah. Keempat, jika sikap kita berubah, perilaku kita berubah. Kelima, jika perilaku kita berubah, kinerja kita berubah. Dan keenam, jika kinerja kita berubah, hidup kita akan berubah.

Dari pernyataan Dr. Maxwell ini saya mencatat bahwa perubahan diri selalu dimulai dengan perubahan pola pikir. Hanya saja, saya perlu mengingatkan sekali lagi bahwa perubahan tidak selalu menyenangkan. Bahkan kalau suatu proses perubahan itu terasa mulus dan sangat enak, bisa jadi itu bukan perubahan. Perubahan selalu menuntut pengorbanan namun perubahanlah satu-satunya sarana efektif menuju ke tahapan kehidupan yang lebih baik.

Untuk itulah saya mengajukan beberapa saran praktis agar kita mampu mengubah hidup kita. Pertama, tentukan impian yang ingin kita raih sejelas dan sespesifik mungkin. Kedua, tentukan langkah-langkah yang akan kita ambil untuk mewujudkannya setahap demi setahap. Ketiga, buatlah komitmen yang kuat bahwa kita sungguh ingin berubah. Komunikasikan komitmen ini kepada sahabat dan orang terdekat kita dan jangan lupa untuk mendoakannya sebab sekeras apa pun kita bekerja akan sia-sia tanpa dukungan Tuhan. Ingat juga bahwa kesempatan untuk berubah itu pun sebuah anugerah dari Tuhan yang patut kita syukuri. Keempat, take action! Sebaik apapun konsep yang kita buat jika tanpa tindakan akan sangat percuma. Kelima, milikikah mitra akuntabilitas yakni sahabat-sahabat dekat kita yang berani menegur kita secara jujur, tulus dan terbuka jika kita mulai melenceng dari komitmen semula. Keenam, lakukan evaluasi berkala atas kemajuan yang telah kita peroleh. Jika memang diperlukan perubahan metode, kita tetap harus bersikap fleksibel.

Ijinkanlah saya menutup jumpa kita kali ini dengan sebuah nasihat kecil dari Victor Chasles: the sure way to miss success is to miss the opportunity. Ya, cara pasti untuk melewatkan kesuksesan adalah dengan melewatkan kesempatan yang ada. Termasuk kesempatan untuk berubah. Selamat melakukan perubahan dan raih impian Anda! ***

28 Mei 2009

Suara Hati

Seperti hujan.....
Kau menyejukan hatiku....

Seperti Mentari ....
Kau menghangatkan jiwaku...

Seperti mentari....
Kau menghangatkan jiwaku....

Seperti Air....
Kau memberikan kehidupan pada ragaku....

Dan Seperti Hadiah....
Aku ingin membuatmu
TerSenyum Bahagia....

Melalui pesan iniingin kusampaikan.....
Aku Mencintaimu......

Memaafkan diri sendiri

Terkadang stress bukan datang dari faktor luar, tapi dari dalam diri sendiri.
Seperti ketika kita melakukan sebuah kesalahan dan merasa bersalah terus karenanya.
Rasa bersalah yang terus-menerus kita rasakan akan membuat diri kita selalu dihinggapi ketakutan.

Takut berbuat kesalahan lagi dan kehilangan kepercayaan diri.
Ketidakmampuan kita untuk memaafkan diri sendiri bisa menjadikan kita terhenti.
Kita yang akan terus terbeban karena perasaan bersalah itu membuat kita sendiri tidak bisa maju dan melanjutkan hidup.
Yang jelas, walaupun kita merasa bersalah, kita tidak perlu terus-menerus menghukum diri sendiri. Dr. Phil McGraw, psikolog Amerika mengatakan bahwa kita punya pilihan:
* Kita bisa menjadi orang yang menyedihkan karena memikirkan rasa bersalah itu terus-menerus,
* atau kita mengijinkan diri sendiri untuk sembuh dan mencoba menjadi pribadi yang lebih baik.

Ada beberapa cara yang bisa diikuti untuk berdamai dengan diri sendiri:

Langkah Pertama:

Bukalah Hati Dan Pikiran Ketika sedang dihadapkan pada suatu pengalaman pahit, entah karena diri sendiri atau orang lain, pikiran dan hati kita akan tertutup untuk menghindari akan disakiti lagi,Cobalah buka diri kita kembali dengan melihat apa yang sebenarnya terjadi dan yang kita alami,Katakan pada diri sendiri, "Saya bersedia mempertimbangkan bahwa ada jalan lain untuk menghadapi masalah saya daripada menutup hati dan diri saya."

Langkah Kedua:
Berikan Pilihan Kepada Diri Sendiri Untuk Kembali
MencintaiRasa bersalah adalah istilah yang kita berikan untuk menampung semua yang jelek dan negatif dari yang pernah kita lakukan.Satu cara yang cukup ampuh dan menghindari rasa bersalah berkepanjangan adalah penyangkalan.Jika Anda terus membenci diri sendiri dan tidak bisa mencintai diri sendiri, maka kita tidak akan bisa menyembuhkan diri sendiri.

Langkah Ketiga:
Hadapilah Rasa Bersalah Dan Cobalah MemahaminyaKebanyakan orang beranggapan bahwa rasa bersalah kita adalah karena kita kehilangan orang yang kita kecewakan.Well,.. bukan hak kita melarang dia. Dia sudah memaafkan kita, dan dia harus menghadapi rasa terlukanya dengan caranya sendiri.
Kita pun juga begitu, jangan terus menyalahkan diri sendiri. Hadapi rasa bersalah dengan memahaminya.Memahami setiap konsekuensi dari apa yang telah kita lakukan dan hadapi itu.

Langkah Keempat:
Ijinkan Diri Sendiri Untuk Menyembuhkan Diri Rasa bersalah bukan berarti kita tidak layak untuk berubah.Memaafkan diri sendiri juga berarti kita berhak untuk tidak dihukum selamanya.Menghukum diri terus-menerus bukan jalan keluar yang baik dan benar dan itu juga tidak akan mengubah kita menjadi pribadi yang lebih baik.
Jika kita tetap menyimpan rasa bersalah, maka kita pun akan takut melakukan sesuatu untuk merubah diri ke arah yang lebih baik.

Langkah Kelima:
Buatlah Suatu Hubungan Baru
Jika diri kita tidak sanggup memaafkan diri sendiri,berarti selama ini kita hanya mengharapkan sesuatu yang tidak nyata dengan kata, "Kalau saja..." dan itu tidak akan pernah selesai.
Kita harus terus melanjutkan hidup. Sekali kita memutuskan untuk terus, kita harus membina hubungan baru dengan diri sendiri.

Pemimpin yang Sempurna

by: Eileen Rachman & Sylvina Savitri

Isu mengenai kepemimpinan selalu menarik.
Baru-baru ini saya bertemu dengan seorang pimpinan perusahaan yang oleh teman-temannya disebut sebagai ”orang besar”.
Beliau sangat berhasil, banyak teman, aktif dan ’terpandang’ di kalangan organisasi profesinya
dan sangat pandai menggolkan proyek jutaan US dolar.

Ketika beliau berkesempatan untuk meninjau kembali gaya kepemimpinannya
dan membandingkan kekuatan dan kelemahan dengan koleganya,
sesama pimpinan perusahaan tersebut, ada yang berkomentar,
”Bapak tuh rabun dekat, sementara teman Bapak rabun jauh”.
Maksudnya, beliau sangat visioner, berpikiran jangka panjang,
sementara koleganya lebih memperhatikan detil yang ada di depan mata.
Lah, kalau para pemimpin di perusahaan itu ’rabun’ semua, kok perusahaan bisa sehebat itu?

Harapan terhadap seorang pemimpin ideal memang banyak sekali.
Saking banyaknya sehingga bahkan bisa berbentuk mitos,
karena hampir tak pernah kita lihat terealisasi.

Ada pemimpin yang pada tahap awal kepemimpinannya memunculkan konsep-konsep baru dan cemerlang,
tetapi selanjutnya tidak mampu mengontrol situasi.

Ada pemimpin yang kita tahu sebagai “slow starter”,
sehingga setelah lama menjabat terasa tetap tidak melakukan “perbedaan” atau perbaikan keadaan.
Tampaknya memang jarang terealisasi ada pemimpin yang mendekati kriteria ”sempurna”;
”No one person could possibly stay on top of everything”.

Pemimpin juga Manusia
Kita tampaknya memang sudah perlu berganti ”mindset” dan realistis melihat bahwa kepemimpinan memang sulit.
Adanya pemimpin akan memudahkan situasi, karena si pemimpin sekedar sedikit lebih pintar,
bijak, dan ber-”power” untuk menemukan dan menggerakkan ”expertise” anak buah,
menggambar dan menjual visi yang realistis, menggalang tim untuk menghasilkan ide dan solusi baru,serta menggerakkan teman – temannya agar menjalankan upaya menuju sasaran bersama
dengan penuh komitmen.

Mau tidak mau, seorang pemimpin tidak bisa ”menggarap” semua hal dengan kongkrit.
Di lain pihak, paling tidak ia bisa memberdayakan kekuatan,
memanfaatkan dan mengembangkan sumberdaya yang ada di areanya.

Pemimpin adalah manusia biasa yang tidak sempurna, tetapi dengan ”terpilihnya” ia sebagai pemimpin,ia perlu menjadi manusia yang paling tidak bisa mendobel kekuatan timnya berdasarkan semua kekuatandan sumberdaya yang ada.

Dalam keterbatasannya ia tetap perlu menjadi “the flawless person at the top who’s got it all figured out”.

Inpestasu pada wawasan dan keterampilan

Kita tidak bisa tampil sebagai seorang yang lamban, sulit diajak berkompromi, keras kepala dan merasa bahwa kita sudah ”mumpuni”.
Sikap seperti itu adalah sikap dari profesional yang sudah akan lengser. Kita perlu tampil sebagai seorang yang terbuka, mau belajar dan bisa menyerap setiap isu dengan cepat.

- Cari Cara Kilat Perluas Wawasan : Bangun habituasi membaca dan optimalkan jaringan web untuk mencari tahu hal yang selama ini tidak ada sumbernya.
Gunakan teknik speed reading seperti scanning dan skimming, untuk menyerap bacaan dalam waktu singkat,
mengingat banyaknya materi bacaan sehubungan dengan industri dan profesi yang kita tekuni tidak bisa kita cerna semuanya.
Paksakan diri untuk mengingat dan mengotak atik data dan fakta karena sampai kapan pun seorang profesional perlu fakta dan data bila ingin mengambil keputusan
atau memecahkan masalah.

- Kuasai ”Soft Skill” melalui Mentor: Cara-cara komunikasi, negosiasi, persuasi memang bisa dibaca di buku.
Namun, cara yang paling baik adalah mem-”benchmark” langsung dari orang di sekitar kita.
Saya belajar untuk bersabar, dari tukang kebun saya, sebaliknya belajar ”memasang kuping”, meningkatkan kepekaan pendengaran dari si DJ putra tercinta.

Investasi pada Ketrampilan Manajerial
Ketrampilan manajerial tidak sama dengan ketrampilan teknis. Padahal inilah cikal bakal ketrampilan menuju jenjang manajemen top.
Satu-satunya jalan adalah mengambil kesempatan untuk belajar memimpin kelompok, mempraktekkan teknik-teknik manajerial,
dan menggunakan alat-alat manajemen seperti agenda, perencanaan, laporan, lembar kontrol dengan displin ketat sehingga cara kerja manajerial ini menjadi kebiasaan baru.

Hal yang juga kerap dianggap sepele adalah pengelolaan manusia.
Hanya melalui komunikasi efektif-lah seseorang bisa membuat orang lain bergerak, bekerja bahkan berkinerja.
Untuk itu latihan melakukan negosiasi, briefing, coaching dan counseling harus dikuasai sedini mungkin.
Hanya dengan ketrampilan inilah seseorang bisa menguasai teknik teknik ”bekerja melaui tangan orang lain” .

Investasi pada Portfolio Sosial
Ada professional yang bila ditanyai berapa relasi yang dia ingat, di dalam maupun di luar perusahaan, hanya bisa menghitung sampai angka 20.
Bandingkan dengan profesional yang mempunyai ratusan relasi, keluarga, kerabat, tetangga, teman, atasan, manajemen top.
Portofolio sosial kita terdiri dari bukan orang yang kita kenal, tetapi orang yang kenal dan mengingat kita.

Investasi pada Perangkat Kerja
Kita perlu bisa diakses dan perlu berkomunikasi diluar waktu kerja biasa.
Sudah tidak jamannya lagi, kita dengar seorang beralasan: “ oh telpon saya low bat “
Bisa saja orang berkomentar terhadap sikap kita: ”Masakan mengelola batere satu telpon saja tidak bisa...”.
Mengoptimalkan fungsi ponsel, komputer, dan perangkat kerja lainnya merupakan suatu keharusan.

Investasi pada Kebugaran Diri
Sediakanlah waktu yang cukup untuk berolahraga, menjaga asupan makanan, menjalani dengan baik pola hidup sehat.
Demi kebugaran jiwa, ciptakan waktu untuk berkontemplasi, merenung dan menjalankan ibadah sehingga menjadikan diri kita bugar jiwa bagaikan batere yang di ”charge” kembali.

Mulailah berinvestasi pada diri sendiri, maka orang lainpun tidak akan ragu berinvestasi pada kita.
__________________

Pendidikan yang Holistik

Standar ujian nasional sedang menjadi topik diskusi hangat antara pemerintah dan DPR. Bahkan Komisi X DPR mendesak pemerintah merevisi PP No 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Pertentangan antarpasal yang tidak sesuai dengan sistem pendidikan nasional serta adanya kesenjangan mutu pendidikan antardaerah adalah dua alasan mendasar di
balik desakan revisi itu (Kompas Online, 11/5/2006). Perdebatan itu menambah panjang deret ketidakstabilan sistem pendidikan nasional.



Paradigma pendidikan

Meski pemerintah harus bertanggung jawab atas mutu pendidikan nasional, pihak yang paling tahu tentang mutu dan kemampuan anak didik adalah pendidik. Dengan demikian, tugas dan hak pendidiklah untuk memberi penilaian. Penetapan standar nasional untuk kelulusan mengandaikan mutu pendidikan di tiap daerah sama. Kenyataannya, masih ada jurang perbedaan antara proses pendidikan di kota dan desa, bahkan antarprovinsi dan pulau.



Penetapan batas minimal kelulusan 4,5 memberi gambaran, pemerintah memandang proses pendidikan hanya sebagai transfer ilmu pengetahuan yang bisa mudah diukur dengan angka. Penetapan itu mereduksi makna pendidikan sebagai sebuah proses pematangan pribadi mencakup pengembangan, kognisi, afeksi, mental, dan kepribadian.

John Dewey dalam buku Education and Democracy (1916) telah mendengungkan konsep pendidikan integral berdasarkan pada kemampuan, kebutuhan, dan pengalaman peserta didik. Pendidikan yang berbasis realitas dan pengalaman anak didik sebenarnya bentuk perlawanan dan kritik pada pola-pola pendidikan tradisional yang hanya memindahkan ilmu pengetahuan masa lampau kepada tiap generasi baru.



Pendidikan tidak dimaksud sekadar mencetak orang yang pandai menghafal dan berhitung, tetapi melahirkan orang-orang berpribadi matang. Pendidikan tidak hanya tempat mengasah ketajaman otak, tetapi tempat menyemai nilai-nilai dasar kehidupan guna menggapai masa depan dan hidup bermasyarakat. Bangsa Indonesia amat membutuhkan sistem pendidikan seperti itu, terutama untuk melahirkan generasi muda yang tangguh dan bertanggung jawab, dan mampu memperbaiki kehidupan bangsa
ini.



Maka, kengototan pemerintah untuk tetap melangsungkan ujian dengan standar nasional, hanya karena ingin mendorong peserta didik bekerja keras, tidak akan memberi dampak positif berkelanjutan bagi kematangan dan kemandirian peserta didik. Bahkan standar itu tidak representatif sebagai titik acuan untuk mengetahui kualitas pendidikan bangsa ini.
Sementara revisi pasal-pasal PP No 19/2005, sebagaimana didesakkan DPR, tidak akan berarti bila tidak ada pembaruan dan rekonstruksi terhadap paradigma pendidikan.



Tugas pemerintah

Dalam konteks pendidikan holistik, pemerintah tidak perlu mengambil alih peran pendidik dengan menetapkan standar pendidikan sebab pemerintah tidak berhubungan langsung dengan peserta didik. Tugas pemerintah adalah menciptakan kondisi dan sistem pendidikan yang efektif, integral, dan mengembangkan pendidik maupun peserta didik.



Pertama, pemerataan infrastruktur dan suprastruktur pendidikan. Di banyak daerah sarana dan prasarana pendidikan amat memprihatinkan. Kurangnya tenaga pengajar di pedalaman, banyak gedung sekolah tak layak pakai, dan penggemblengan mental pengabdian pendidik, merupakan pekerjaan besar yang harus diprioritaskan dan dituntaskan pemerintah.
Amat tidak masuk akal bila pemerintah tiba-tiba menetapkan standar kelulusan secara nasional, sementara pembangunan dan pemajuan pendidikan masih amat parsial.



Kedua, perubahan sistem pendidikan dari sentralisasi ke desentralisasi. Perubahan ini amat memungkinkan pihak sekolah untuk bereksplorasi, baik dalam program maupun kurikulum yang benar-benar kontekstual, yaitu berdasarkan pada kebutuhan anak didik dan menyatu dengan budaya dan karakter setempat. Jadi standar penilaian terletak pada tingkat penambahan pengetahuan serta pengembangan kepribadian, seperti menghargai orang lain, menghormati perbedaan, kedisiplinan, serta bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang lain.



Ketiga, proses pendidikan yang holistik juga menuntut adanya budaya belajar di kalangan masyarakat. Dengan demikian, proses pendidikan tidak dapat dikotakkan dalam pendidikan formal belaka, tetapi perlu dibuat sistem pendidikan berkesinambungan antara sekolah, keluarga, dan masyarakat. Proses pendidikan tidak dapat dipisahkan dari ritme kehidupan masyarakat sebab masyarakat menentukan proses pendidikan melalui nilai- nilai dan strukturnya. Sebaliknya pendidikan menyumbangkan nilai-nilai untuk perubahan masyarakat. Membangun budaya membaca di masyarakat bisa dijadikan titik berangkat untuk membangun budaya belajar ini.

Berkembang tidaknya sistem pendidikan bangsa, tidak terletak pada standar ujian nasional diberlakukan atau jadi tidaknya PP No 19/2005 direvisi, tetapi pada lahir tidaknya sistem pendidikan baru yang mengembangkan nilai- nilai hakiki kemanusiaan. Selama proses pendidikan tetap bermodel pengajaran, transfer ilmu, dunia pendidikan hanya melahirkan orang-orang pintar tetapi belum tentu benar, ahli tetapi belum tentu rendah hati, cerdas tetapi belum tentu bijaksana.

Harga Diri

Apakah harga diri atau self esteem itu? Coopersmith (Gilmore, 1974) mengemukakan bahwa: “….self esteem is a personal judgement of worthiness that is a personal that is expressed in attitude the individual holds toward himself. Pendapat ini menerangkan bahwa harga diri merupakan penilaian individu terhadap kehormatan dirinya, yang diekspresikan melalui sikap terhadap dirinya. Sementara itu, Buss (1973) memberikan pengertian harga diri sebagai penilaian individu terhadap dirinya sendiri, yang sifatnya implisit dan tidak diverbalisasikan. Merujuk pada kedua pendapat tersebut, maka harga diri dapat diartikan sebagai penilaian individu terhadap kehormatan diri, melalui sikap terhadap dirinya sendiri yang sifatnya implisit dan tidak diverbalisasikan.

Selanjutnya, Buss (1973) mengemukakan dua macam penilaian diri (self judgement) yaitu : (1) temporary dan (2) enduring. Penilaian diri temporary menunjuk pada perilaku khusus dan situasi tertentu. Contoh: “Hari ini saya bermain sepak bola jelek sekali”. Hal ini dibatasi oleh ruang dan waktu. Sedangkan penilaian diri enduring lebih berpusat dan berkaitan dengan self yang mencakup hasil dari berbagai pengalaman hidup yang mendasar, seperti: afeksi dari orang lain dan prestasi yang dicapai.

Pada bagian lain Buss (1973) mengemukakan model harga diri yang terdiri dari core dan peripheral. Core lebih bersifat permanent dan terbentuk oleh adanya kasih sayang orang tua yang tulus dan faktor konstitusional. Sedangkan peripheral bersifat stable dan terbentuk oleh prestasi yang dicapai dan afeksi dari orang lain, yang merupakan kelanjutan dari afeksi dari orang tua, bisa berasal dari teman atau cinta kasih dari lawan jenis. Terkait dengan pembentukan harga diri ini, Maslow (Jordan et.al., 1979) mengemukakan bahwa: ”The feeling self esteem can be realistic if it is soundly based upon real capacity personal ablities, achievement, and efficiency.

Untuk lebih jelasnya tentang model harga diri dari Buss ini, dapat dilihat dalam gambar berikut:

harga diri

Harga diri individu mempunyai pengaruh yang kuat terhadap perilaku yang ditampilkannya. Mc Dougall (1926) mengemukakan harga diri merupakan pengatur utama perilaku individu atau merupakan pemimpin bagi semua dorongan. Kepadanya bergantung kekuatan pribadi, tindakan dan integritas diri.

Rosenberg (Gilmore, 1974) mengemukakan karakteristik individu yang memiliki harga diri mantap yaitu memiliki kehormatan dan menghargai diri sendiri seperti adanya. Sebaliknya, individu yang memiliki harga diri rendah cenderung memiliki sikap penolakan diri, kurang puas terhadap diri sendiri, dan merasa rendah diri.

Harga diri merupakan salah satu kebutuhan penting manusia. Maslow dalam teori hierarki kebutuhannya menempatkan kebutuhan individu akan harga diri sebagai kebutuhan pada level puncak, sebelum kebutuhan aktualisasi diri. Dikemukakannya, …most normal people have a need for self respect or self esteem and the esteem of others (Jordan et.al., 1979).

Balnadi Sutadipura (1983) menyebutkan bahwa kebutuhan harga diri merupakan kebutuhan seseorang untuk merasakan bahwa dirinya seorang yang patut dihargai dan dihormati sebagai manusia yang baik. Hal senada dikemukakan Abdul Aziz Ahayadi (1985) bahwa kebutuhan harga diri sebagai kebutuhan seseorang untuk dihargai, diperhatikan dan merasa sukses. Dari kedua pendapat di atas dapat dimaknai, bahwa setiap individu normal pasti berharap dan menginginkan dapat merasakan hidup sukses, dihormati dan dihargai sebagai manusia.

Pentingnya pemenuhan kebutuhan harga diri individu, khususnya pada kalangan remaja, terkait erat dengan dampak negatif jika mereka tidak memiliki harga diri yang mantap. Mereka akan mengalami kesulitan dalam menampilkan perilaku sosialnya, merasa inferior dan canggung. Namun apabila kebutuhan harga diri mereka dapat terpenuhi secara memadai, kemungkinan mereka akan memperoleh sukses dalam menampilkan perilaku sosialnya, tampil dengan kayakinan diri (self-confidence) dan merasa memiliki nilai dalam lingkungan sosialnya (Jordan et. al. 1979)

Refleksi untuk saya dan Anda:

Berdasarkan uraian di atas ada refleksi buat saya dan Anda, bahwa:

Betapa pentingnya setiap orang untuk dapat membangun dan memenuhi kebutuhan harga dirinya secara realistik, melalui pengembangan segenap potensi yang dimilikinya hingga menjadi sebuah prestasi.

Orang tua dan guru memiliki tanggung jawab besar untuk dapat memenuhi kebutuhan harga diri anak (siswanya), melalui pemberian kasih sayang yang tulus sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara wajar dan sehat, yang didalamnya terkandung perasaan harga diri yang stabil dan mantap. Disinilah, tampak arti penting peran orang tua dan guru sebagai fasiltator.
6

24 Mei 2009

तहूँ २०२० इंडोनेशिया कहबिसन guru

Hari-hari terakhir ini sedang gencar ditayangkan dua iklan layanan masyarakat di setasiun-stasiun televisi, baik TVRI maupun stasiun televisi swasta. Iklan yang satu berisi pesan tentang anak asuh dan yang lain melukiskan kekurangan guru di negeri kita tercinta ini. Walaupun hanya berdurasi beberapa detik, kedua iklan ini cukup mengundang perhatian, terutama iklan yang disebutkan terakhir.

Kekurangan guru. Sungguh sebuah realitas potret pendidikan kita (salah satu sisi) yang sangat menyedihkan. Betapa tidak, pendidikan adalah modal utama terciptanya kemajuan peradaban sebuah bangsa. Di pihak lain, guru sebagai tenaga profesional di bidang ini justru jumlahnya semakin langka.

Lalu, apa jadinya jika pada tahun-tahun mendatang tidak mudah dijumpai sosok guru? Barangkali Anda semua sudah tahu jawabannya. Sudah pasti peradapan kebudayaan di Negara Kesatuan Republik Indonesia ini semakin parah daripada kondisi sekarang. Mengapa sampai terjadi kondisi seperti ini?

KILAS BALIK
Keadaan pendidikan seperti dipaparkan pada bagian sebelumnya tentu tidak terjadi bagitu saja. Hal itu pasti ada pemicunya. Penyebab kekeurangan guru yang akan saya paparkan di sini bukan berasal dari hasil penelitian mendalam, tetapi sekadar pengamatan sekilas dan dugaan. Penyebab penurunan jumlah sumber daya manusia (SDM), dalam hal ini guru, akhir-akhir adalah ditutupnya lembaga-lembaga pendidikan keguruan.

Pada paruh pertama tahun 1990-an semua Sekolah Pendidikan Guru (SPG) dan Pendidikan Guru Agama (PGA) ditutup. Penutupan lembaga pendidikan tersebut beralasan bahwa jenjang pendidikan dasar sudah tidak layak lagi diajar oleh guru-guru tamatan SPG yang notabene hanya berjenjang pendidikan menengah. Sebagai gantinya dibukalah Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Selain itu, sebelum penutupan lembaga-lembaga pendidikan keguruan itu didahului dengan lahirnya sebuah kebijakan yang menetapkan bahwa lulusan SPG tidak otomatis atau langsung diangkat sebagai pegawai negeri, kecualai beberapa orang siswa berprestasi pada tiap angkatan. Akibatnya, banyak lulusan SPG yang beralih ke profesi lain, misalnya pekerja pabrik atau tambak. Fakta seperti ini sangat disayangkan karena para siswa SPG adalah siswa pilihan. Lulusan SLTP yang dapat diterima di SPG adalah siswa yang mempunyai NEM minimum 42,00 dan harus melalui ujian saringan yang bertahap-tahap. Hal itu menunjukkan bahwa yang dapat d iterima di SPG adalah manusia-manusia cerdas dan pilihan. Jadi, mereka sebenarnya adalah tenaga-tenaga potensial.

Berikutnya, menjelang akhir tahun 2000, semua IKIP di Indonesia berubah menjadi universitas meskipun masih ada beberapa STKIP dan FKIP di universitas-universitas. Perubahan status ini tentunya diikuti juga perubahan visi dan misi. Semula berstatus Lembaga Pendidikan Tinggi Keguruan (LPTK)sebagai pencetak tenaga-tenaga pendidik profesional berubah menjadi universitas yang mencetak sarjana-sarjana ilmu murni. Barangkali kebijakan ini bertujuan untuk mencapai target sarjana-sarjana andal di bidang IPTEK dalam rangka menyongsong lahirnya Negara Indonesia sebagai negara maju berbasis teknologi. Obsesi seperti ini sangat bagus. Akan tetapi, penyakit latah bangsa Indonesia ini sukar sekali hilang. Artinya, pada waktu kibijakan perubahan status IKIP menjadi universitas itu disetujui, seharusnya beberapa IKIP di Jawa, Sumatera dan Sulawesi yang sudah berkualitas tetap dipertahankan. Dengan demikian, jumlah guru nantinya tetap tercukupi karena sampai kapan pun sektor pendidikan di sebu ah bangsa tidak akan ditutup. Hal itu berarti bahwa sampai kapan pun tenaga guru masih dibutuhkan.

APA SOLUSINYA
Kekurangan guru, seperti diilustrasikan dalam iklan layanan masyarakat di televisi, baru terjadi pada jenjang pendidikan dasar. Apabila diamati, fenomena ini cukup realistis menggingat penutupan SPG dan PGA sudah hampir sepuluh tahun yang lalu. Lulusan PGSD pun tidak semuanya dapat diterima sebagai pegawai negeri. Sementara itu, pada jenjang pendidikan menengah fenomena kekurangan guru masih belum terasakan. Hal itu wajar karena penutupan IKIP-IKIP baru dua tiga tahun terakhir. BISAKAH ANDA BAYANGKAN PADA TAHUN 2020 MENDATANG?

Untuk mengatasi persoalan kekurangan guru pada jenjang pendidikan dasar, barangkali buah pikiran saya ini dapat dijadikan bahan diskusi. Setelah kebijakan yang menghentikan pengangkatan tenaga guru sekolah dasar (SD), banyak lulusan SPG atau PGA beralih profesi ke bidang lain. Hal itu seharusnya tidak boleh terjadi mengingat mereka adalah tenaga-tenaga pilihan. Ditambah lagi oleh sistem penerimaan mahasiswa PGSD. Dari awal dibukanya, PGSD menerima mahasiswa dari lulusan SMA. Materi soal tesnya pun disesuaikan dengan standar pengajaran di SLTA umum. Tentu saja hal ini merupakan kendala bagi lulusan SPG atau PGA untuk bersaing dengan lulusan SMA karena materi yang diajarkan di SLTA umum dan kejuruan sudah barang tentu berbeda. Akhirnya, para lulusasan SPG jarang yang diterima.

Pada saat perekrutan mahasiswa PGSD seharusnya yang diutamakan terlebih dahulu adalah lulusan SPG atau PGA. Baru kemudian setelah semua lulusan SPG atau PGA ini sudah habis, perekrutan dibuka untuk lulusan SMA.

Akhirnya, untuk mengatasi persoalan kekurangan guru SD, mengapa tidak dicoba untuk memanggil kembali lulusan SPG dan PGA yang belum sempat diterima sebagai guru negeri? Beri mereka beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di PGSD atau STKIP. Setelah lulus langsung diangkat sebagai tenaga guru negeri.

23 Mei 2009

MENGATASI “BAD MOOD” DALAM DUNIA KERJA

Pasti pernah dong ngalamin “bad mood” mau ngapain aja ngerasa gak enak, bawaannya gak tenang, gelisah, serba salah, pengen marah, ngerasa capek, kayaknya gairah menghilang, maunya kerja tapi kok gak ada yang beres, pokoknya lesu banget deh, nah paling gak kalau kena gejala yang kayak begini kamu tuh lagi kena sindroma “bad mood”.

“Mood” itu memang memiliki pengaruh yang besar banget sama diri manusia, coba kamu pikir kalau mood kamu lagi baik, wah kayaknya semua pekerjaan bisa beres, dan memberikan hasil maksimal. Kalau mood lagi bagus, semangat juga muncul dengan sendirinya, melebihi semua khasiat minuman penambah energi.

Kadang kita sendiri tidak menyadari, kenapa sih tiba-tiba kita bisa “bad mood”, tiba-tiba aja bawaan jadi gak enak, istilah ngetrendnya sih “lagi BT nih”. Terkadang perasaan sedih, kecewa, khawatir akan suatu hal merupakan hal-hal yang cukup berpengaruh dengan “bad mood” ini, bisa juga berantem dengan pacar atau suami/istri secara gak langsung akan mempengaruhi emosi kamu dan tanpa disadari terbawa kedalam pembawaan diri kita dan timbulah “bad mood”. Kebanyakan sih kita tidak menyadari kenapa yah hari ini tiba-tiba kita jadi “bad mood”, pokoknya hari yang begitu indah ini terlihat suram di mata kamu. Terbayang gak‘ kalau anda berada dalam dunia kerja dan terkena “bad mood”, pastinya hasil kerja anda tidak akan maksimal, belum lagi bawaan “bad mood” ini juga akan mempengaruhi sinar mata anda, muka anda yang ditekuk, senyum yang tiba-tiba hilang, itu semua akan membuat semua rekan kerja bertanya-tanya, kalau mereka bisa mengerti anda sedang “bad mood” mungkin anda aman, tetapi bagaimana yang tidak mengerti dan tersinggung dengan sikap anda saat “bad mood”, pastinya akan merusak hubungan dengan rekan kerja.

Banyak juga yang bilang “bad mood” itu pembawaan, tapi menurut saya “bad mood” itu bisa terjadi pada siapa saja. Terkadang pribadi yang begitu ceria pun bisa secara tiba-tiba terserang ”bad mood”. Tetapi mungkin kadar “bad mood” di masing-masing orang berbeda karatnya, ada yang hampir setiap hari “bad mood”, ada juga yang sering terlihat “bad mood” atau mungkin sekali sekali saja “bad mood”nya

Nah, untuk kamu-kamu yang merasa sering kena “bad mood”, lebih baik kamu menyadari hal ini, lebih banyak negatifnya lho dibanding positifnya, terutama bagi anda yang bekerja di kantor atau sebagai seorang professional, sepertinya anda harus belajar untuk membaca suasana hati anda dan bisa mengeremnya agar tidak berpengaruh ke diri anda terutama saat sedang bekerja. Jangan sampai pekerjaan dan rekan kerja anda menjadi korban “bad mood” anda

Mungkin saya bukan seorang ahli, tapi ada beberapa hal yang bisa disarankan untuk meredam “bad mood”, mungkin saja hal ini bisa membantu mengatasi “bad mood” yang seringkali menyerang kita.
- Tenangkan diri saat ada masalah yang datang dan menggangu pikiran anda. Banyak cara menenangkan diri, misalnya saja dengan menarik nafas, mendengarkan musik, membaca novel, pergi ke pantai, ke pegunungan atau apapun anda bisa lakukan sesuai dengan apa yang menjadi hobby anda
- Masalah kalau dibiarkan akan berlarut-larut, jadi secepatnya anda selesaikan masalah tersebut, hadapilah semua kenyataan yang datang, tegarkan diri anda, semua masalah pasti ada penyelesaiannya. Kemanapun anda lari, masalah akan tetap ada.
- Sehatkan diri, aeroboik, pergi ke gym, lari di lapangan, berlari-lari kecil, yoga atau apapun olahraga bisa anda lakukan, katanya sih dengan berolahraga pikiran dan jiwa kita juga menjadi sehat dan semoga saja emosi negative yang ada disekitar kita bisa hilang.
- Sahabat dan teman-teman yang menyenangkan merupakan obat yang mujarab untuk “bad mood”, bergembiralah, jalan ke mall bersama-sama dengan mereka, ngopi bareng, jalan ke suatu tempat bersama-sama, atau bisa saja clubbing bersama teman-teman. Tertawalah bersama mereka, ciptakan kebahagiaan bersama mereka, lupakan semua masalah sejenak, coba berpikir positif indahnya hidup ini.

Pada dasarnya semua permasalahan hidup ini bisa menimbulkan “bad mood”, hanya bagaimana masing-masing manusia menghadapinya punya cara yang berbeda. Selamat bekerja ya.

Arti sahabat

Sahabat adalah orang yang paling dipercaya, yang bisa diajak cerita tentang masalah kita, yang ada di saat kita butuh atau bahkan saat kita tidak butuhpun sahabat ada disamping kita untuk menemani kita. Seorang sahabat sejati sulit sekali untuk kita cari atau kita jumpai, karena mencari sabat sejati itu memang bener-bener sangat sulit.
Teman adalah seseorang yang kita kenal dan seseorang yang bisa kita jumpai disaat tertentu atau tidak selamanya kita jumpai. Mencari teman itu mudah bahkan sangat mudah, kita cuma menemui orang yang tidak kita kenal, lalu mengajaknya kenalan, ketika sudah kenal maka ia sudah bisa kita anggap sebagai teman.

Sahabat adalah seseorang yang kalau kita lagi sedih ia bisa membuat kita tersenyum sementara ketika kita senang dia akan lebih senang dari kita. Yap, rasanya nggak terlalau berlebihan kalau keberadaan seorang sahabat emang sangat istimewa, Ia menjadi zat penting yang memberi warna dalam kehidupan kita. So, punya sahabat bukan lagi sebuah keharusan melainkan kebutuhan, pasti anda setuju bukan? Nah buat kamu yang sampai detik ini belum menemukan seseorang yang cocok intuk menjadikan sahabat, coba deh lebih keras lagi berusaha mencarinya. Punya sahabat itu ga ada ruginya, malah akan lebih banyak rezeki he…, sebab sekali lagi sahabat membuat hari-hari anda akan lebih hidup dan bermakna. Ga percaya, kalo gitu coba deh baca point-point berikut, dijamin kamu akan termotivasi untuk mencari sebanyak-banyaknya. Itu pun kalau kamu bisa menyimaknya bukan sekadang baca doang.
Sahabat itu teman curhat, ngga ada istialh stress ketika dirundung masalah, seberat apapun masalah itu kalau kita punya sahabat. Dalam hal ini sahabat bisa menjadi tempat berbagi cerita, teman curhat, yang nyaman. Kita bisa ngungkapin semua perasaan kita selain kepada keluarga (kalau jauh dari keluarga) atau pacar (sebaiknya jangan) yaitu kepada sahabat kita. Sahabat itu adalah dewa penolong. Butuh bantuan, butuh pertolongan kenapa engga lari ke sahabat. Siapa tau dia bisa bantu, bisa kasih solusi, atau paling tidak sekedar opini. Tapi bukan berarti setiap masalah harus lari ke sahabat, yang paling baik dan utama adalah dengan menyelesaikannya dengan sendiri, baru ke keluarga terus orang terdekat yaitu sahabat dan tidak lupa minta kepada yang di atas. Belajar mandiri ceritanya.
Sahabat itu orang yang yambung diajak ngobrol, enak diajak diskusi, teman berbincang yang menyenangkan dan semua itu akan tercapai manakala kamu bisa saling mengenal kepribadiannnya masing-masing (takut orangnya suka ngomongin rahasia orang, gawat men…), Sahabat itu orang yang dengan kelapangan hatinya bisa mengerti kita, dengan keterbukaan tangannya bisa menerima kita apa adanya, tanpa pernah berusaha mempengaruhi apalagi mengubah keadaan kita.
Sahabat itu cermin bagi diri kita, rujukan tempat kita mengekspresikan diri. Sahabat itu seperti tubuh, bila tubuh kita salah satu sakit, maka yang lain akan merasa sakit. Misalnya kalau kaki kita terantuk batu, pasti dengan mulut refleks akan bilang “aduh”, tangan langsung mengusap dan mengobatinya, tanpa diminta dan tanpa disuruh, begitu juga seorang sahabat dia akan punya kesadaran diri kalau sahabatnya sedang dalam kesulitan, dan itu dilakukan atas dasar keikhlasan bukan paksaan apalagi pamrih, ya seperti tubuh kita yang sakit tadi.

memancing kreaktipitas

Berapa kali Anda merasa otak tiba-tiba kosong dan tidak tahu harus melakukan apa, yang
sialnya selalu terjadi saat Anda dikejar deadline laporan yang harus diberikan pada atasan?
Bukan hanya itu, Anda tidak bisa menulis apa-apa karena tidak ada bayangan apa yang harus
ditulis, sehingga hanya mampu menatap kertas kosong dengan perasaan tak berdaya. Ups,
jangan panik dulu. Ini kukan pertanda Anda mulai pikun (dan percaya deh, Anda tidak
mengidap penyakit Alzheimer yang menyerang secara mendadak). Bisa jadi, hal ini disebabkan
karena Anda harus mulai menyesuaikan diri dengan keadaan baru tersebut.
Jadi bagi Anda yang mungkin saat ini sedang pusing karena terlalu sibuk, istirahat dulu sebentar
dan simak artikel berikut. Siapa tahu akan membantu.
1. Lakukan pada waktu yang tepat
Kebanyakan orang yang telah berumur berpikir lebih jernih pada pagi hari; sedangkan
mereka yang lebih muda, pada siang hari. Temukan kapan waktu Anda yang tepat, dan
selesaikan masalah-masalah yang memerlukan pemikiran di waktu-waktu tersebut.
2. Pendidikan tinggi — namun jangan terlalu berlebihan
Pendidikan sekolah memiliki pengaruh besar dalam memupuk kreativitas seseorang
terutama pada masa-masa akhir kuliah, namun penaruh tersebut mulai menurun
setelah lulus. Pendidikan memang sangat penting, namun hal itu tidak menjamin
kesuksesan Anda di bidang tersebut (alias banyak hal-hal lain yang harus diperhatikan).
3. Mengikuti nasehat Konfusius
salah satu petunjuk mengingat yang selalu digunakan oleh para ahli yang melakukan
penelitian tentang ingatan : Supaya tidak lupa bila ada hal penting, tulis di secarik
kertas. Sebagaimana kata pepatah Cina, tulisan yang tintanya tidak jelas bertahan lebih
lama daripada ingatan paling kuat sekalipun.
4. Tampil bersemangat dengan doping
Penelitian menunjukkan kadar kafein dalam secangkir kopi dapat membantu kita
berkonsentrasi terhadap sesuatu hal dengan lebih baik. Namun bagi Anda yang rentan
atau mudah terkena depresi, sebaiknya jauhkan diri dari sentuhan kopi karena akan
berakibat buruk bagi sel-sel otak.
5. Hubungkan hal baru dengan yang lama
Dengan menghubungkan informasi atau hal-hal baru dengan apa yang telah Anda
ketahui, percaya deh, akan lebih mudah untuk mengingatnya kembali.
6. Berlatih terus
Belajar dan melatih kemampuan yang baru didapat dengan berulang-ulang akan
mengubah organisasi internal otak, yang pada akhirnya akan sangat membantu dalam
melakukan proses mengingat. Jadi kuncinya adalah berlatih, berlatih, dan berlatih.
7. Beri kesempatan pada ide- ide baru
Kebanyakan dari kita memperoleh kelebihan kemampuan yang dengan cepat
menyaring fakta yang ada dan dengan cepat pula memutuskan “ya-atau-tidak”.
Kreativitas memerlukan lebih banyak waktu senggang atau pendekatan yang lebih
santai — yaitu dengan memberikan ruang bagi ide- ide gila Anda.
8. Pilih profesi yang menghadirkan tantangan bagi otak dan pasangan yang
cerdas
Orang-orang yang berkarir di bidang yang memerlukan tingkat konsentrasi atau
penggunaan intelegensi tinggi besar kemungkinannya untuk dapat mempertahankan
kognisinya di level tertinggi. Selain itu, menikahi seseorang yang pintar juga dapat
membantu Anda untuk terus mendapat stimulasi tingkat tinggi.
9. Jangan ragu untuk mengetahui hal- hal baru
Kreativitas kerap diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengadaptasikan satu
cara penyelesaian masalah ke masalah lain yang berbeda. Banyak sekali contoh
kreativitas manusia yang bermula dari hal-hal kecil (namun menjadi besar), misalnya
ide membuat pin untuk membuka kaleng minuman ringan yang berasal dari cara
seseorang membuka kulit pisang.
10. Belajar dari pengalaman Da Vinci
Seperti halnya Da Vinci yang terkenal dengan ide-ide revolusionernya (dan
membuatnya dijuluki sebagai pelopor jaman rennaisance), tidak ada salahnya
melakukan hal-hal yang tidak berhubungan dengan pekerjaan, yang tujuannya adalah
untuk merangsang stimulasi otak. Beberapa diantaranya misalnya melakukan juggling
bola atau menulis dengan tangan kiri (atau kanan bagi Anda yang kidal).
11. Perhatian
Pernah mengalami lupa nama seseorang beberapa saat setelah Anda bertemu atau
berkenalan dengannya? Masalahnya bukan pada ingatan Anda, namun lebih ke arahkonsentrasi yang tercurah saat itu. Dengan bertambahnya umur, kita harus lebih sering
mengulang-ulang informasi yang baru didapat supaya masuk ke pusat penyimpanan
data yang terletak di dalam otak kita.
12. Mendengarkan musik klasik
Seorang psiolog eksperimental menemukan sebuah bukti yang mendukung adanya
“Efek Mozart” — otak yang terekspos (dalam hal ini mendengarkan) musik klasik
(contohnya Mozart) akan dirangsang saedemikian rupa sehingga informasi yang kita
peroleh dapat masuk lebih cepat ke dalam otak.
13. Menjaga kebugaran badan
Banyak yang percaya bahwa dengan berolah raga, maka kemampuan
berpikir/mengingat juga akan semakin menguat. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya
kadar oksigen dan nutrisi yang dialirkan ke dalam otak, sehingga merangsang sel-sel
otak untuk tumbuh lebih pesat. Meski penelitian belum membuktikan pandangan ini
akurat, rasanya tidak ada salahnya kalau dicoba.
14. Mencoba sesuatu yang baru
Dalam sebuah studi yang membandingkan orang-orang yang mudah mengalami
burnout dengan mereka yang dapat mempertahankan kreativitasnya, diketahui bahwa
kelompok yang terakhir dapat mempertahankan penampilannya karena terus berusaha
menambah pengetahuannya. Jadi, siapa bilang membaca itu tidak penting?
15. Hindari hal-hal yang bisa membuat Anda tidak fokus
Saat berada dalam situasi chaos atau berisik di mana banyak hal-hal di sekitar yang
mampu mengganggu konsentrasi. Seandainya harus mengerjakan sesuatu yang
penting, akan lebih baik bila Anda mampu menjauh dari lingkungan tersebut, misalnya
dengan menyendiri di tempat sepi supaya lebih berkonsentrasi.
Satu hal lagi yang tidak boleh dilupakan adalah untuk tetap mengobarkan semangat (rasa cinta)
Anda terhadap pekerjaan yang sedang dilakukan! Dalam sebuah penelitian yang dilakukan
seorang psikolog Belanda terhadap master dan grandmaster catur menunjukkan bahwa tidak
ada perbedaan tingkat kecerdasan diantara mereka. Satu-satunya yang membedakan adalah :
para grandmaster menyukai dan menghayati permainan catur. Ini menunjukkan bahwa
semangat seseorang adalah pemicu yang paling baik bagi kreativitas. Coba saja kalau tidak
percaya!

Radio pendidikan yang terlupakan

Pendidikan berlangsung sepanjang hayat (long life) dan tidak mengenal akhir. Tiap manusia membutuhkan kesempatan untuk terus belajar agar tetap dapat beradaptasi dengan kenyataan dan tuntutan kehidupan yang terus berubah. Manusia tetap membutuhkan pendidikan untuk membuatnya menjadi tahu (to know), untuk belajar (to learn), untuk membuatnya menjadi (to be) dan dapat hidup bersama dalam masyarakat (to live together). Dinamika kehidupan hanya dapat dijalani secara layak jika tiap manusia dalam masyarakat dapat terus mengakses peluang untuk belajar.
Kenyataannya kesempatan untuk memperoleh layanan pendidikan tidak sepenuhnya dapat dinikmati setiap individu. Pembelajaran konvensional yang mempersyaratkan bertemunya guru – murid dalam waktu dan ruang yang terjadwal secara reguler tidak sepenuhnya dapat diperoleh. Hanya orang-orang dalam jumlah terbatas memiliki kemampuan mendapatkannya. Padahal kebutuhan untuk belajar diperlukan oleh semua manusia tanpa kecuali.
Kenyataan paradoks itu mendorong upaya rekayasa pembelajaran agar layanan pendidikan dapat dinikmati secara massal dalam skala yang tidak dibatasi ruang dan waktu. Dalam usaha ini pendidikan dimanipulasi dengan berbagai jalan terutama menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) agar pendidikan dapat menyentuh masyarakat secara adail dan merata. Rekayasa dengan TIK diharapkan mendorong tumbuhnya masyarakat belajar (learning society) yang cerdas, kritis dan adaptif dalam gerak hidup yang dijalani.
Ada satu media berbasis TIK yang mungkin disepelekan oleh mereka dan tidak peduli dengan pendidikan. Media yang dimaksud adalah radio. Sebagian orang berpendapat bahwa radio terlihat kuno, ketinggalan zaman dan sebagainya. Media yang sekarang mulai menurun perannya dengan teknologi-teknologi terbaru, telah dilupakan perannya ketika manusia masih pada peradaban terdahulu. Kenyataan dilematis ini terbantahkan oleh kenyataan dilapangan. Berdasarkan laporan monitoring dan evaluasi pemanfaatan TIK untuk pendidikan tahun 2008 yang dilakukan Pustekkom Depdiknas, dinyatakan bahwa pemanfaatan TIK untuk informasi umum dan pembelajaran, radio menunjukkan prosentase pemanfaatan nomor dua tertinggi setelah pemanfaatan komputer. Kenyataan ini seharusnya menjadi acuan bagi pengambil kebijakan janganlah kita melupakan peran dan fungsi dari radio. Apalagi melihat pengalaman historis, sejak perang dunia ke II, radio memiliki peran yang signifikan, serta memiliki kekuatan sebagai alat pendidikan politik.
Radio pendidikan merupakan radio komunikasi yang digunakan sebagai sarana pendidikan dan pengajaran. Media ini selain dapat meningkatkan kemampuan guru dalam cara mengajar dan penguasaan materi pengajaran, juga memberi kesempatan untuk mencapai standar dalam pembelajaran. Menyadari akan manfaat siaran radio yang dapat menjangkau semua kalangan masyarakat secara lebih efektif dan efisien, media ini perlu kembali dikembangkan. Hal ini mengingat kondisi mayarakat Indonesia yang mempunyai latar belakang kehidupan yang sangat beragam. Mereka berasal dari berbagai latar belakang ekonomi, tinggal di berbagai wilayah geografis, memiliki kultur yang sangat majemuk, menekuni profesi yang berbeda dan beragam perbedaan lain. Dalam berbagai latar belakang tersebut radio pendidikan dapat menjawab kebutuhan masyarakat memperoleh akses yang variatif dalam memperoleh pendidikan.

20 Mei 2009

Apakah Guru bisa menjadi perkerjaan profesional yang sejati??


Meski saat ini telah lahir Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen sebagai landasan yuridis profesi guru, tetapi untuk menjadikan guru di Indonesia sebagai sebuah pekerjaan profesional yang sejatinya (A True Professional) tampaknya masih perlu dikaji dan direnungkan lebih jauh.

Wikipedia menyebutkan kriteria-kriteria yang harus dipenuhi dari sebuah pekerjaan profesional yang sejatinya, yakni: (1) academic qualifications – a doctoral or law degree – i.e., university college/institute; (2) expert and specialised knowledge in field which one is practising professionally; (3) excellent manual/practical and literary skills in relation to profession; (4) high quality work in (examples): creations, products, services, presentations, consultancy, primary/other research, administrative, marketing or other work endeavours; (5) a high standard of professional ethics, behaviour and work activities while carrying out one’s profession (as an employee, self-employed person, career, enterprise, business, company, or partnership/associate/colleague, etc.)

Merujuk pada pemikiran Wikipedia di atas, mari kita telaah lebih lanjut tentang guru sebagai seorang profesional. Berdasarkan kriteria yang pertama, seorang guru bisa dikatakan sebagai seorang profesional yang sejatinya apabila dia memiliki latar belakang pendidikan sekurang-sekurangnya setingkat sarjana. Dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 disebutkan bahwa untuk dapat memangku jabatan guru minimal memiliki kualifikasi pendidikan D4/S1. Ketentuan ini telah memacu para guru untuk berusaha meningkatkan kualiafikasi akademiknya, baik atas biaya sendiri maupun melalui bantuan bea siswa pemerintah. Walaupun, dalam beberapa kasus tertentu ditemukan ketidakselarasan dan inkonsistensi program studi yang dipilihnya. Misalnya, semula dia berlatar belakang D3 Bimbingan dan Konseling tetapi mungkin karena alasan-alasan tertentu yang sifatnya pragmatis, dia malah melanjutkan studinya pada program studi lain.

Terkait dengan kriteria kedua, guru adalah seorang ahli. Sebagai seorang ahli, maka dalam diri guru harus tersedia pengetahuan yang luas dan mendalam (kemampuan kognisi atau akademik tingkat tinggi) yang terkait dengan substansi mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya. Dia harus sanggup mendeskripsikan, menjelaskan, memprediksi dan mengendalikan tentang berbagai fenomena yang berhubungan dengan mata pelajaran yang diampunya. Misalnya, seorang guru Biologi harus mampu menjelaskan, mendeskripsikan, memprediksikan dan mengendalikan tentang berbagai fenomena yang berhubungan dengan Biologi, walaupun dalam hal ini mungkin tidak sehebat ahli biologi (sains).

Selain memiliki pengetahuan yang tinggi dalam substansi bidang mata pelajaran yang diampunya, seorang guru dituntut pula untuk menunjukkan keterampilannya secara unggul dalam bidang pendidikan dan pembelajaran (kemampuan pedagogik), seperti: keterampilan menerapkan berbagai metode dan teknik pembelajaran, teknik pengelolaan kelas, keterampilan memanfaatkan media dan sumber belajar, dan sebagainya. Keterampilan pedagogik inilah yang justru akan membedakan guru dengan ahli lain dalam bidang sains yang terkait. Untuk memperoleh keterampilan pedagogik ini, di samping memerlukan bakat tersendiri juga diperlukan latihan secara sistematis dan berkesinambungan.

Lebih dari itu, seorang guru tidak hanya sekedar unggul dalam mempraktikkan pengetahuanya tetapi juga mampu menuliskan (literary skills) segala sesuatu yang berhubungan bidang keilmuan (substansi mata pelajaran) dan bidang yang terkait pendidikan dan pembelajaran, misalnya kemampuan membuat laporan penelitian, makalah, menulis buku dan kegiatan literasi lainnya. Inilah kriteria yang ketiga dari seorang profesional.

Kriteria keempat, seorang guru dikatakan sebagai profesional yang sejatinya manakala dapat bekerja dengan kualitas tinggi. Pekerjaan guru termasuk dalam bidang jasa atau pelayanan (service). Pelayanan yang berkualitas dari seorang guru ditunjukkan melalui kepuasan dari para pengguna jasa guru yaitu siswa.

Kepuasaan utama siswa selaku pihak yang dilayani guru terletak pada pencapaian prestasi belajar dan terkembangkannya segenap potensi yang dimilikinya secara optimal melalui proses pembelajaran yang mendidik. Untuk bisa memberikan kepuasan ini tentunya dibutuhkan kesungguhan dan kerja cerdas dari guru itu sendiri.

Kritera terakhir, seorang guru dikatakan sebagai seorang profesioanal yang sejati apabila dia dapat berperilaku sejalan dengan kode etik profesi serta dapat bekerja dengan standar yang tinggi. Beberapa produk hukum kita sudah menggariskan standar-standar yang berkaitan dengan tugas guru. Guru profesional yang sejatinya tentunya tidak hanya sanggup memenuhi standar secara minimal, tetapi akan mengejar standar yang lebih tinggi. Termasuk dalam kriteria yang kelima adalah membangun rasa kesejawatan dengan rekan seprofesi untuk bersama-sama membangun profesi dan menegakkan kode etik profesi.

Berdasarkan uraian di atas, ada sebuah refleksi bagi saya dan mungkin juga Anda. Bahwa untuk menjadi guru dengan predikat sebagai profesional yang sejati tampaknya tidaklah mudah, tidak cukup hanya dinyatakan melalui selembar kertas yang diperoleh melalui proses sertifikasi. Tetapi betapa kita dituntut lebih jauh untuk terus mengasah kemampuan kita secara sungguh-sungguh guna memenuhi segenap kriteria yang telah dikemukakan di atas, yang salah satunya dapat dilakukan melalui usaha belajar dan terus belajar yang tiada henti.

Jika tidak, maka kita mungkin hanya akan menyandang predikat sebagai “guru-guruan”, alias pura-pura menjadi guru atau malah mungkin menjadi guru gadungan yang justru akan semakin merusak dan membahayakan pendidikan. Semoga saya dan Anda sekalian tidak termasuk kategori yang satu ini dan mari belajar !




Free Blogger Templates by Isnaini Dot Com and 2009 Bridal Dresses.